Kamis, 07 Maret 2013

Cerpen 1


Semua Bisa Berubah


            Hari ini kamu terlihat lagi di pasar. Dua hari ini kamu membantu orangtuamu mengelola toko sembako. Kamu mengaku pada orangtuamu bahwa sekolahmu libur lagi karena ada rapat guru. Entah mengapa kamu lebih suka di pasar dibanding sekolah. Ini bukan pertama kalinya kamu lakukan, tapi sudah berkali-kali, dan anehnya orangtuamu tak curiga sedikitpun padamu dan mau saja kau bodohi.

            Memang kamu sangat rajin jika membantu orangtuamu di pasar.
Mungkin itu yang membuat orangtuamu cukup senang dan melalaikan kewajibanmu sebagai seorang siswa. Orangtuamu tak pernah curiga denganmu. Dia terlalu besar menaruh kepercayaanya padamu. Hingga di siang hari ada seorang pria berseragam mampir ke toko sembako milik orangtuamu.

            Ternyata dia adalah wali kelasmu. Kamu yang tak sengaja mengetahuinya kaget setengah mati, badanmu gemetar. Keringat dingin mengucur deras di kepalamu. Bapakmu memergoki sikapmu yang tak kunjung melayani wali kelasmu dan malah terpaku begitu.

“Lho, Rio katanya keluar kota? Kok di sini? Lagi kerja?” tanya wali kelasmu. Kamu terdiam seribu bahasa, tapi tubuhmu berkata terbata-bata.

“Ini anak saya pak, katanya sekolahnya libur,” jawab ayahmu dari belakang.

“Libur? Rio, kau berbohong pada ayahmu kan?” Kamu tetap mematung tak berani bicara.

“Hmmmm, benarkah itu Rio?” tanya bapakmu.

“Ma, ma, maafkan Rio pak,” katamu gemetaran.


            Ayahmu memakimu di depan wali kelasmu dan di depan orang- orang yang lalu-lalang di pasar. Betapa malunya dirimu saat itu. Betapa malunya bapakmu punya anak sepertimu. Tapi kau dengan berani menyanggah, menyatakan tak mau sekolah lagi, kau hanya ingin bekerja dan bekerja. Wali kelasmu bijak, dia menyarankan agar lulus terlebih dahulu karena kamu sudah kelas tiga. Kamu dan ayahmu menyetujuinya. Wali kelasmu berlalu meninggalkan tempat itu setelah mendapatkan yang dia beli.

***

            Aktivitas sekolahmu sekarang dipantau ketat oleh wali kelasmub yang bekerja sama dengan bapakmu. Bapakmu ingin kamu tak bolos lagi, dia tak ingin melihat kamu putus di tengah jalan dan tidak mendapatkan ijazah SMP. Memang kamu terbilang anak yang super bandel di sekolah. Kamu terlalu menyepelekan sekolah, mentang-mentang berasal dari keluarga berada dan pewaris tunggal kekayaan keluarga. Kini kamu membantu orangtuamu kembali di pasar saat liburan menunggu pengumuman. Rajin dan giat sikapmu bekerja membuat orangtuamu tersenyum bangga.

            Lama menunggu, akhirnya pengumuman ujian keluar juga dan kamu dinyatakan lulus meskipun dengan nilai yang minim. Itu membuat orangtuamu bangga. Kembali setelah lulusan itu kamu membantu orangtuamu bekerja di pasar.

            Saat teman SMP-mu mencari sekolah baru, kamu dengan asyiknya masih bertahan di pasar membantu orangtuamu. Teman-temanmu asyik mencari tujuan hidup dengan melanjutkan ke jenjang lebih tinggi. Ada yang ke SMA favorit, ada yang ke SMK dan lain sebagainya. Cuma kamu yang putus tak melanjutkan ke mana-mana sekarang, tidak karena kekurangan biaya, tapi karena kamu malas belajar. Semangat belajar sudah tidak ada pada dirimu. Kalaupun dipaksa akan tak baik hasilnya di belakang hari. Makanya orangtuamu sudah pasrah pada keputusanmu. Walaupun awalnya orangtuamu menentang keputusanmu itu, tapi apa daya kamu yang akan menjalaninya. Mungkin kamu telah menemukan tujuan hidupmu, berdiri di bawah orangtuamu menunggu warisan itu jatuh ke tanganmu.

            Bulan berganti, tahun berganti. Kamu beranjak dewasa. Sekarang kamu pewaris tunggal toko sembako orangtuamu yang kini semakin menua. Orangtuamu hanya bisa istirahat di rumah, sesekali juga melihat keadaanmu di pasar. Sekarang kamu menjelma menjadi seorang juragan beras. Sesuatu yang sangat kamu banggakan, sesuatu yang sangat kamu impikan.

            Memang tak selamanya kamu di atas. Kamu juga pernah mengalami kerugian besar-besaran, tapi itulah cobaan, kamu tidak bisa apa-apa selain meneruskan usaha ini. Orangtuamu pasrah akan keadaanmu dan mereka hanya bisa menggantungkan hidup padamu. Berat, bukan? Itu pernah terjadi padamu, saat tokomu terbakar terkena api dari toko sebelahmu yang sudah lebih dulu kebakaran. Kamu tak bisa apa-apa, kerugian besar menimpamu. Kamu meminjam modal sana-sini untuk membangun usaha itu kembali. Yang kamu tahu hanyalah beras, berapa harga beras, apa jenis beras dan hitungan dalam penjualan. Bayangkan jika kamu melanjutkan sekolah, mungkin sekarang kamu sudah bekerja membantu meringankan beban orangtuamu. Orangtuamu masih bisa memegang toko itu, bahkan kamu dapat membantu mengembangkan toko orangtuamu. Semua itu pernah kamu alami dan sekarang posisimu telah di tengah, keadaan tokomu tak mengalami gonjangan atau kenaikan. Semua itu perjuangan dengan ilmu berdagang yang kau dapatkan selama ini.

            Kamu diundang menghadiri acara reuni akbar SMP-mu dulu. Kamu bermaksud akan menghadirinya dengan suka cita karena kamu merindukan sahabatmu. Di situlah kamu akan melepas rasa rindu pada sahabat-sahabatmu dan melihat seperti apa sahabat-sahabatmu sekarang setelah lama berpisah.

            Dengan kemeja kotak-kotak dilapis dengan jaket hitam kamu bergegas melunjur ke tempat acara di aula SMP dengan motormu. Tak sedikit mobil yang terparkir di area parkir dan banyak pula motor yang berdatangan dan terus berdatangan memenuhi area parkir. Aula sedikit demi sedikit telah penuh oleh orang-orang. Sangat ramai acara malam itu, gemerlap lampu dan iringan musik menambah semarak acara.

            Di tempat itulah dahulu kau menunjukkan kebandelanmu, menoreh luka, membekas suka dan bercampur kenangan yang terangan-angan. Melepas rindu bersama sahabat-sahabat sekelas dan lainnya juga, bercanda ria, saling bercerita. Mereka semua menceritakan perjalanan karir setelah lulus dari SMP dulu. Ada yang masih mengejar S1, ada yang mau melanjutkan S2, ada yang memilih bekerja, ada yang telah menjadi PNS, dan Tio yang dahulu anak orang pas-pasan, kini bersiap terbang ke Perancis untuk melanjutkan S2. Semua telah berubah. Sahabat yang dulu berada di bawahmu kini di atasmu. Mereka tahu banyak hal. Pengalaman mereka luas. Sedangkan kamu? Kamu tak tahu apa-apa. Yang kamu tahu hanyalah harga beras, jenis beras dan bisnis sembako lainnya. Kamu hanya terdiam tersipu mendengar cerita sahabat-sahabatmu itu. Bukankah itu sudah menjadi tujuanmu? Bukankah itu yang kau inginkan? Kamu memilih hanya lulus SMP dan bekerja. Sekarang? Kau tetap tukang beras dan akan selalu begitu, karena hanya itu yang kau tahu.

            “Sungguh menyesalnya diriku, mengapa dulu aku tak melanjutkan sekolah? Malah tujuanku kerja. Aku hanya lulusan SMP, seorang tukang beras. Aku minder dengan teman-temanku sekarang. Memang semua telah berubah. Dulu aku anak paling kaya, sekarang? Aku anak paling tak berpendidikan,” gerutumu.

            Kamu minder berada di samping teman-temanmu. Kamu malu jika mereka tahu keadaanmu sekarang. Memang seiring berjalannya waktu kehidupan dapat berubah. Memang dahulu orangtuamu kaya dan masih mampu mengelola toko   . Memang dulu kamu masih rajin dan mampu bekerja, tapi sekarang? Orangtuamu menggantungkan hidupnya padamu, dan kamu masih sehat, tapi di kemudian hari? Kamu akan menua, tenagamu berangsur hilang    , yang kau punya hanya ilmu beras, kamu tak punya ilmu yang banyak, hanya terbatas SMP saja, itupun jika kau masih ingat.

            Kamu bingung dengan kondisimu sekarang. Kamu menyesal dan menyesal. Tapi semua tak bisa diputar, semua akan berubah, roda kehidupan akan selalu berputar. Dulu kamu yang populer dengan kenakalanmu dan seabrek masalahmu serta kekayaan keluargamu, tapi kini kamu berubah menjadi hanya seorang tukang beras. Itu tak dapat lagi dipungkiri karena sudah terjadi, semua sudah terlanjur.

            Betapa berharganya ilmu? Karena ilmu akan selalu digunakan selama kamu hidup, bahkan hingga kau tiada, ilmu itu akan dipertanggung jawabkan Sungguh rugi manusia jika tak berilmu, padahal dia mampu untuk mencarinya. Itu ada padamu. Rugi  sekali dirimu sekarang. Meski kamu punya uang, tapi itu tak abadi, ilmulah yang berperan selanjutnya. Orang berilmu lebih berharga daripada orang yang kosong. Itulah kehidupan selalu berputar, maka manfaatkanlah sisa hidupmu dan persiapkan putaran roda kehidupan di depanmu.