A Great Theacher
Pada
pertengahan 1906, kulihat Ibu guruku di TK IWAK (ikatan wanita kereta api)Kota
Malang sebagai perempuan paling cantik dan baik hati sesudah ibuku. Akudi
ajaknya ikut lomba menyanyi di RRI
Malang yang sekarang menjadi hotel terbaik di sana.
Mengapa
aku begitu senang dengan ibu guru itu, sebab kurasa saat itu dia sangtat baik
hati dan memberiku dorongan untuk berani melakukan sesuatu yang baru, tidak ada
kata salah atau benar. Saat ikut lomba menyanyi karena suaraku terhitung tidak
istimewa akupun kalah. Bu guru tidak kecewa, bahkan tetap memperlakukann aku
dengan baik, bahkan lebih baik karena
sudah mau ikut.
Ketika
SD juga di IWKA, aku di dorong untuk berani loncat kelas, dari kelas 1 menjadi
kelas 3. Sebab ada murid kelas 2 yang tidak mau naik kelas 3. Awlnya, enggan
juga karena akan berpisah dengan teman-teman sekelas.
Guru SD
di SDN Kota kecilBanjarbaru pun selalu mendorongku untuk melalkukan sesuatu,
baik mengikuti cerdas cermat atau sekedar ikut bermain kasti, dimana aku sangat
lemah karena badan yang terhitunng kecil.
Di SMP,
STMP, bbahkan perguruan tinggi, guru yang selalu memberi inspirasi adalah guru
yang selalu memberi kesempatan kepadaku untuk berani melakukan sesuatu yang
baru dan berani bersikap, juga mengajarkan untuk berani memberikan resiko dari
sikap yang di ambil.
Namun
guru guru seperti itu dapat di hitung jari di satu tangan. Umumnya, guru,
bahkan hingga saat ini, adalah mereka yang kurang mendorong muridnya untuk
berani berbuat kesalahan dan bangkit lagi. Guru kebanyakan adalah guru yang
selalu ingin muridnya langssung benar. Proses belajar adalah proses berbuat
kesalahan dan memperbaiki, salah kembali dan di perbaiki kembali. Jika tidak
pernah melakukann kesalahan, kapan sang murid mengetahui dan menghayati
kebenaran?
Guru saat
ini adalah mereka yang mendorong muridnya menjalankan keinginan dan impian
gurunya, impian kepsek, bahkan impian walikota. Sehingga, murid dipaksa untuk
“mengisi” cetakan yang di buat oleh gurunya, buakn mengajak dan membingbing
muridnya membuat cetakan yang di inginkanoleh sang murid.
Guru
bahasa Inggrisku saat STM, bukannya melarang kami mendemo kepsek karena
lapangan boal di sewakan, tetapi mengajari kami dengan sabar bagai mana demo
yang tertib, sopan, dan tidak anarkis. Padahal saat itu, tahun 1978, demo
adalah sesuatu yang haram.
Guru
pembimbing saat mahasiswa juga hanya pura-pura mmengomeli, meskipun aku lebih
memilih ikut ekspedisi Mapala ke gunung salju di papua dari pada mengikuti PKL
(Praktek Kerja Lapangan) untuk menyelesaikan kuliah lebih cepat. Padahal
peserta PKL mengantri.
Kepada
semua guruku itulah aku berutang budi. Sebab, mereka yang membuatku berani enghadapi kehidupan. Mereka benar-benar
membuatku berani hidup,, memberikan arti kepada kehidupan dan memuliakan
kehidupan – uajr Pak Muchtar Buchori.
Mereka
adalah guru yang disebut “Great teachers”
yang memberi inspirasi dan lebih dari sekedar guru super yang mampu
mendemonstrasikan keterampilannya sebagai guru. Pak Tjandra Heru Awan adalah a great teacher yang inspiratif.
Sayang
umumnya guru kita masih dalam taraf mediocre
yang hanya mampu menhceritakan bahan ajar, itu pun sangat membosankan. Ada
sedikit yang mampu menjelaskan apa yang di ajarkannya.
A Great Teacher Inspires
A Suporior Teacher Demonstrase
A Good Teacher Explains
A Mediocre Teacher Tells
Tidak ada komentar:
Posting Komentar