Kamis, 31 Januari 2013

Propesi Pendidikan Semester 4


A Great Theacher


            Pada pertengahan 1906, kulihat Ibu guruku di TK IWAK (ikatan wanita kereta api)Kota Malang sebagai perempuan paling cantik dan baik hati sesudah ibuku. Akudi ajaknya  ikut lomba menyanyi di RRI Malang yang sekarang menjadi hotel terbaik di sana.
            Mengapa aku begitu senang dengan ibu guru itu, sebab kurasa saat itu dia sangtat baik hati dan memberiku dorongan untuk berani melakukan sesuatu yang baru, tidak ada kata salah atau benar. Saat ikut lomba menyanyi karena suaraku terhitung tidak istimewa akupun kalah. Bu guru tidak kecewa, bahkan tetap memperlakukann aku dengan baik, bahkan lebih baik karena  sudah mau ikut.
            Ketika SD juga di IWKA, aku di dorong untuk berani loncat kelas, dari kelas 1 menjadi kelas 3. Sebab ada murid kelas 2 yang tidak mau naik kelas 3. Awlnya, enggan juga karena akan berpisah dengan teman-teman sekelas.
            Guru SD di SDN Kota kecilBanjarbaru pun selalu mendorongku untuk melalkukan sesuatu, baik mengikuti cerdas cermat atau sekedar ikut bermain kasti, dimana aku sangat lemah karena badan yang terhitunng kecil.
            Di SMP, STMP, bbahkan perguruan tinggi, guru yang selalu memberi inspirasi adalah guru yang selalu memberi kesempatan kepadaku untuk berani melakukan sesuatu yang baru dan berani bersikap, juga mengajarkan untuk berani memberikan resiko dari sikap yang di ambil.
            Namun guru guru seperti itu dapat di hitung jari di satu tangan. Umumnya, guru, bahkan hingga saat ini, adalah mereka yang kurang mendorong muridnya untuk berani berbuat kesalahan dan bangkit lagi. Guru kebanyakan adalah guru yang selalu ingin muridnya langssung benar. Proses belajar adalah proses berbuat kesalahan dan memperbaiki, salah kembali dan di perbaiki kembali. Jika tidak pernah melakukann kesalahan, kapan sang murid mengetahui dan menghayati kebenaran?
            Guru saat ini adalah mereka yang mendorong muridnya menjalankan keinginan dan impian gurunya, impian kepsek, bahkan impian walikota. Sehingga, murid dipaksa untuk “mengisi” cetakan yang di buat oleh gurunya, buakn mengajak dan membingbing muridnya membuat cetakan yang di inginkanoleh sang murid.

            Guru bahasa Inggrisku saat STM, bukannya melarang kami mendemo kepsek karena lapangan boal di sewakan, tetapi mengajari kami dengan sabar bagai mana demo yang tertib, sopan, dan tidak anarkis. Padahal saat itu, tahun 1978, demo adalah sesuatu yang haram.
            Guru pembimbing saat mahasiswa juga hanya pura-pura mmengomeli, meskipun aku lebih memilih ikut ekspedisi Mapala ke gunung salju di papua dari pada mengikuti PKL (Praktek Kerja Lapangan) untuk menyelesaikan kuliah lebih cepat. Padahal peserta PKL mengantri.
            Kepada semua guruku itulah aku berutang budi. Sebab, mereka yang membuatku berani  enghadapi kehidupan. Mereka benar-benar membuatku berani hidup,, memberikan arti kepada kehidupan dan memuliakan kehidupan – uajr Pak Muchtar Buchori.
            Mereka adalah guru yang disebut “Great teachers” yang memberi inspirasi dan lebih dari sekedar guru super yang mampu mendemonstrasikan keterampilannya sebagai guru. Pak Tjandra Heru Awan adalah a great teacher yang inspiratif.
            Sayang umumnya guru kita masih dalam taraf mediocre yang hanya mampu menhceritakan bahan ajar, itu pun sangat membosankan. Ada sedikit yang mampu menjelaskan apa yang di ajarkannya.
            A Great Teacher Inspires
            A Suporior Teacher Demonstrase
            A Good Teacher Explains
            A Mediocre Teacher Tells

Tidak ada komentar:

Posting Komentar