Hubungan Anatara Pendidikan
Orangtua Dan Konsep Diri Anak Dengan sikap Sosial Anak Di Kelurahan
Kampungtengah Kecamatan Keramat Jati Jakarta Timur
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pendiddikan dapat di
pandang sebagai investasi sumber daya manusia jangka panjang. Sekolah merupakan
salah satu institusi yang mempersiapkan pembelajarann yang dilaksanakan.
Sekolah umumnya akan memberi banyak tugas untuk dipersiapkan remaja dirumah dan
di sekolah.(munndar, Bonang dan Hersukusmo, 2009).
Pendidikan adalah proses perkembangan kecakapan seseorang
dalam bentuk sikap dan prilaku yang berlaku dalam masyarakatnya. Proses sosial
dimana seseorang dipengaruhi oleh sesuatu lingkungan yang terpimpin (khususnya
di sekolah) sehingga iya dapat mencapai kecakapan sosial dan mengembangkan
kepribadiannya.
Pendidikan secara umum memiliki tujuan untuk membentuk
kedewasaan individu dalam berbagai
aspek, baik pengetahuannya, sikapnya, maupun keterampilannya. Untuk mewujudkan
tujuan tersebut, maka dilakukan adanya upaya yang dilakukan baik oleh pihak
pemerintah, masyarakat, dan orang tua. Pendidikan di Indonesia telah memiliki
jaminan yang sangat kuat sebagaimana termaktub dalam Undang-undang Dasar 1945
pasal 31 ayat 1 bahwa :
“Tiap-tiap warga negara
berhak mendapatkan pengajaran”.
Pendidikan bagi
kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhii sepanjag
hayat. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil suatu kelompok manusia dapat hidup
berkembang sejalan dengan aspirasi (cita-cita)untuk maju sejahtera dan bahagia
menurut konsep pandangan hidup mmereka.
Untuk memajukan sebuah kehidupan umat manusia, mak
pendidik menjadi sarana utama yang perlu di kelola, Manusia adalah makhluk yang
dianamis, dan bercita-cita ingin meraih kehidupan yang sejahtera dan bahagia
dalam arti yang luas, baik lahiriah maupun batiniah.
Pendidikan bagi
bangsa yang sedang berkembang saat ini
terutama indonesia saat ini merupakan kebutuhan mutlak yang harus dikembangkan
sejalan dengan tuntunan pembangunan secara tahap demi tahap. Pendidikan yang
dikelola dengan tertib , teratur, efektif dan efisien akan mampu mempercepat jalannya proses pembudayaan
bangsa yang berdasarkan pokok pada penciptaan kesejahteraan umum dan
pencerdasan kehidupan bangsa kita , sesuai dengan tujuan Nasional seperti
tecantum dalam alinea IV, dalam pembukaan UUD 1945.
Oleh karena pelaksanaan pendidikan tidak mungkin lepas
dari faktor pisikologis manusia, disamping faktor lingkungan sekitar, maka
prosespendidikan perlu, bahkan wajib berpegang pada petunjuk-petunjuk dari para
ahli pisikologi terutama pisikologi pendidikan dan perkembangan, termasuk
pisikologi agama.
Pendidikan merupakan salah satu sektor yang paling
penting dalam pembangunan nasional, dijadikan andalan utama untuk berfungsi
semaksimal mungkin dalam upaya meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.
Kualitas
pendidikan di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Ini dibuktikan antara
lain dengan data UNESCO (2000) tentang peringkat Indeks Pengembangan Manusia
(Human Development Index), yaitu komposisi dari peringkat pencapaian
pendidikan, kesehatan, dan penghasilan per kepala yang menunjukkan, bahwa
indeks pengembangan manusia Indonesia makin menurun. Di antara 174 negara di
dunia, Indonesia menempati urutan ke-102 (1996), ke-99 (1997), ke-105 (1998),
dan ke-109 (1999).
Sebagai
pendidik dan pembimbing dalam keluarga, orang tua sangat berperan dalam
meletakan dasar-dasar perilaku bagi anak-anaknya. Sikap, perilaku, dan
kebiasaan orang tua selalu dilihat, dinilai, dan ditiru oleh anaknya yang
kemudian semua itu secara sadar atau tak sadar ditanamkan dan kemudian menjadi
kebiasaan bagi anak-anaknya.
Kecamatan
Kramat Jati terletak antara 1060 49’ 35’’ Bujur Timur dan 060 10’ 37’’ Lintang
Selatan , dengan luas wilayah 13,34 Km2. Kecamatan Kramat Jati mempunyai batas
wilayah sebagai berikut: Sebelah Utara : Kecamatan Jatinegara, Sebelah Selatan
: Kecamatan Ciracas dan Kecamatan Pasar Rebo, Sebelah Timur : Kecamatan
Makasar, Sebelah Barat :Kecamatan Pasar minggu.
Kecamatan
Kramat Jati berlokasi cukup strategis karena terbatas dengan jalan Arteri Raya
Bogor dan dilewati oleh jalan Lingkar Luar ( Outer Ring Road ). Jumlah penduduk
di Kecamatan Kramat Jati sebanyak 204.148% per tahun. Jumlahrumah tangga
sebayak 50.218 dengan. Jumlah RW. 65 Rt. 655 KK 52.567.
Faktor-faktor
yang menyebabkan pendidiakan di Indonesia menurun yaitu faktor ekonomi,
kurangnya pengawasan orang tua terhadap anak, lingkungan yang tidak baik, dan
rendahnya pendidikan orang tua. Dimana peserta didik mengalami penurunan minat
belajar.
Berdasarkan
latar belakang masalah yang telah diungkapkan tersebut maka, dapat dijadikan
alasan bagi peneliti untuk mengadakan penelitian. Didalam penelitian ini
peneliti mengambil judul “Hubungan Anatara Pendidikan Orangtua Dan Konsep Diri
Anak Dengan sikap Sosial Anak Di Kelurahan Kampungtengah Kecamatan Keramat Jati
Jakarta” .
B.
Perumusan
Masalah
berdasarkan
pembatasan masalah diatas, maka peneliti dapat merumuskan masalah sebagai
berikut : apakah pengaruh rendahnya pendidikan orangtua terhadap konsep diri
anak dengan sikap sosial anak di kelurahan kampung tengah kecamatan keramat
jati jakarta.
C.
Tujuan
Penelitian
Tujuan peneliti dalam penelitian ini
untuk mendapatkan informasi tentang hubungan anatara pendidikan orangtua dan
konsep diri anak dengan sikap sosial anak di kelurahan kampungtengah kecamatan
keramat jati jakarta.
1. Faktor
yang menyebabkan rendahnya pendidiakan orang tua anak ?
2. Bagai
mana sikap sosial anak terhadap rendahnya pendidikan orang tua ?
3. Bagaimana
cara mengatasi sikap sosial anak terhadap rendahnya pendidikan pendidikan orang
tua ?
D.
Manfaat
Penelitian
Adapun manfaat dari hasil penelitian
pada warga kelurahan kampung tengah kecamatan keramat jati jakarta:
1.
Untuk peneliti, dapat pengetahuan
tentang pendidikan, khususnya dalam permasalahan rendahnya pendidikan
orang tua terhadap konsep diri anak
dengan sikap sosial anak.
2.
Untuk warga kelurahan kampungtengah
kecamatan keramat jati jakarta, hasil penelitian ini dapat di jadikan sebagai
referensi dalam memberikan perhatian terhadapp pendidikan dann sikap sosial
anak.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Tinjauan
pustaka
2.1
Pendidikan
UU
Nomor 2 Tahun 1989 pasal 1 ayat 1; “Pendidikan adalah usaha sadar untuk
menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau
latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.”
Pendidikan
merupakan suatu proses terhadap anak didik langsung terus sampai anak didik
mencapai pribadi dewasa susila (dasar-dasar ilmu ppendidikan, hasbullah, edisi
revisi 5, jakarta, pt RajaGrafindo Persada, 2006, hal 5).
(UU
Sisdiknas Nomor 20 tahun 2003) Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudka suasana belajar dan proses peembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya unntuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendaliaan diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, msayarakat, bangsa dan negara.
(Notoatmojdo,
2003) Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk
mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga
mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan.
(Mudyaharjo,
2008) Pendidikan adalah usaha dasar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat,
dan pemerintah, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan/atau latihan, yang
berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat, untuk mempersiapkan
peserta didik agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup
secara tepat di masa yang akan datang.
(Faud
Ihsan, 2010) Pendidikan adalah usaha manusia untuk menumbuhkan dan
mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengn
nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan.
M.J. Langeveld (1995)
Pendidikan merupakan upaya manusia dewasa membimbing manusia yang belum dewasa
kepada kedewasaan.
Kohnstamm dan Gunning
(1995) Pendidikan adalah pembentukan hati nurani. Pendidikan adalah proses
pembentukan diri dan penetuan-diri secara etis, sesuai denga hati nurani.
John Dewey (1978)
Aducation is all one with growing; it has no end beyond itself. (pendidikan
adalah segala sesuatu bersamaan dengan pertumbuhan; pendidikan sendiri tidak
punya tujuan akhir di balik dirinya).
Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan Negara. (Dasar Konsep Pendidikan Moral, ALFABETA, Tahun
2003, Hal 1).
a. Tujuan,
Fungsi Pendidikan
(UU
No 20 Sistem Pendidika Nasional BAB 2, Pasal 3 tahun 2003) Pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab.
Tuujuan
disebut juga cita-cita pendidikan yang berfungsi untuk memberikan arahan
terhadap semua kegiatan dalam proses pendidikan (dasar-dasar ilmu pendidikan,
hasbullah edisi revisi 5, Tahun 2006: 123)
(UU No 2 Tahun 1989) Tujuan
pendidiikan nasioanl “mencerdaskann kehidupan bangsa dan mengembanngkan manusia
Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap tuhan
yang maha esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan,
kesahatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa
tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan (dasar-dasae ilmu pendidikan,
hasbullah, tahun 2006: 11).
(dasar-dasae ilmu pendidikan,
hasbullah, edisi revisi 5, tahun 2006: 14).Tujuan dari pendidikan yaitu :
1) Tujuan
Umum
Tujuan
yang menjiwai pekerjaan mendidik dalam segala waktu dan keadaan. Tujuan umum
ini dirumuskan dengan memperhatikan hakikat kemanusiaan yang universal.
2) Tujuan
Khusus
Tujuan
ini merupakan penghususan dari tujuan umum diatas dasar beberapa hal,
diantaranya :
·
Terdapat perbedaan individual anak
didik, misalnya perbedaan dalam bakat, jenis kelamin, intelegensi, minat dan
sebagainya.
·
Perbedaan lingkungan keluarga atau
masyarakat, misalnya; tujuan khusus untuk masyarakat pertanian , perikanan, dan
lain-lain.
·
Perbedaan yang berhubungan dengan tugas
lembaga pendidikan, misal; tujuan pedidikan untuk kelluarga, ppendidikan
sekolah, dan pendidikan dala perkembangan pemmuda.
·
Perbedaan yang berhubungan dengan
pandangan atau falsafah hidup suatu bangsa.
b. Prinsip-Prinsip
Pendidikan
(UU No 20 Sistem Pendidikan
Nasional BAB 3 Pasal 4 ayat 3-4 tahun 2003) Pendidikan diselenggarakan sebagai
suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung
sepanjang hayat.
Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan
kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran.
c. Macam
- Macam Pendidikan
(UU No 20 Sistem Pendidikan
Nasional BAB VI Pasal 13 ayat 1 tahun 2003)
Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal
yang
dapat saling melengkapi dan memperkaya.
(UU No 20 Sistem Pendidikan
Nasional BAB VI Pasal 14 tahun 2003) Jenjang pendidikan formal terdiri atas
pendidikan dasar , pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.
a) Pendidikan
Anak Usia Dini (PAUD)
Pendidikan usia dini adalah pendidikan
yang ditujukan bagi anak usia 0-6 tahun yang melalui pemberian rangsangan untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan
jasmani dan rohani agar memiliki kesiapan dalam memasuki jenjang pendidikan
selanjutnya.
Pendidikan usia dini adalah pendidikan
yang berfungsi membantu pertumbuhan dan rohani peserta didik yang dapat
dilakukan didalam maupun diluar lingkungan selanjutnya (Direktorat PAUD 2002 :
8).
UU RI No 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidika Nasional adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak
sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian
rangsangan pendidikan utuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan
rohani anak agar memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Solehudin (2000 : 56) fungsi dari
pendidikan Anak usia Dini pada prinsipnya memiliki 5 fungsi diantaranya : a)
Pengembangan potensi, b) Penanaman dasar-dasar aqidah dan keimanan, c)
Pembentukan dan pembiasaan prilaku-prilaku yang diharapkan, d) Pengembangan
pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan, e) Pengembangan motivasi
dan sikap belajar yang positif.
Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan
kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui
pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan
jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih
lanjut. (UU Sistem Pendidikan Nasional BAB 1, pasal 1, ayat 14 tahun 2003)
b) Pedidikan
Dasar (SD)
(UU Sistem Pendidikan Nasional BAB VI,
pasal 17, ayat 2 tahun 2003) Pendidikan dasar
berbentuk sekolah dasar
(SD) dan madrasah ibtidaiyah (MI)
atau bentuk lain yang sederajat serta
sekolah menengah pertama (SMP) dan madrasah tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain
yang sederajat.
c) Pendidikan
Menengah Pertama (SMP)
Sekolah menengah pertama (disingkat SMP) adalah
jenjang pendidikan dasar pada pendidikan formal di Indonesia setelah lulus
sekolah dasar (atau sederajat). Sekolah menengah pertama ditempuh dalam waktu 3
tahun, mulai dari kelas 7 sampai kelas 9.
Sekolah
menengah pertama (SMP) dan madrasah tsanawiyah (MTs) adalah bagian dari pendidikan
dasar di Indonesia. Setelah tamat dari SD/MI, para siswa dapat memilih untuk
memasuki SMP atau MTs selama tiga tahun pada kisaran usia 12-14. Setelah tiga
tahun dan tamat (http//wikipedia.com/pendidikanindonesia.html. diakses
tanggal 10 Desember 2012, jam 17:30).
d) Pendidikan
Menengah (SMA)
(UU Sistem Pendidikan Nasional BAB VI,
pasal 18, ayat 3 tahun 2003) Pendidikan menengah berbentuk sekolah menengah
atas (SMA), madrasah aliyah (MA), sekolah menengah kejuruan (SMK), dan madrasah
aliyah kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat.
Di Indonesia,
pada tingkatan ini terdapat tiga jenis sekolah, yaitu sekolah menengah atas (SMA), sekolah menengah kejuruan
(SMK), dan madrasah aliyah (MA). Siswa SMA
dipersiapkan untuk melanjutkan pendidikannya di perguruan tinggi,
sedangkan siswa SMK dipersiapkan untuk dapat langsung memasuki dunia kerja
tanpa melanjutkan ke tahapan pendidikan selanjutnya. Madrasah aliyah pada
dasarnya sama dengan sekolah menengah atas, tetapi porsi kurikulum keagamaannya
(dalam hal ini Islam)
lebih besar dibandingkan dengan sekolah menengah atas (http//wikipedia.com/pendidikanindonesia.html.
diakses tanggal 10 Desember 2012, jam 17:30).
e) Perguruan
Tinggi
Universitas adalah bentuk kelembagaan
perguruan tinggi yang terdiri atas fakultas-fakultas, dan masing-masing
fakultas mempunyai jurusan-jurusan atau program studi yang beragam (Triton
Prawira Budi, strategi hidup dan belajar mahasiswa indekos, tuguh publisher,
cetakan 1, 2006, halaman 13).
(UU Sistem Pendidikan Nasional BAB VI,
pasal 19, ayat 1 tahun 2003) Pendidikan
tinggi merupakan jenjang
pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program
pendidikan diploma, sarjana, magister , spesialis, dan doktor yang
diselenggarakan oleh pendidikan tinggi.
Universitas
dalam pendidikan di Indonesia merupakan salah satu bentuk perguruan tinggi
selain akademi, institut, politeknik, dan sekolah tinggi. Universitas terdiri
atas sejumlah fakultas yang menyelenggarakan pendidikan akademik dan/atau
pendidikan vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni dan
jika memenuhi syarat dapat menyelenggarakan pendidikan profesi
(http://id.wikipedia.org/wiki/Universitas).
(UU Sistem Pendidikan Nasional BAB VI,
pasal 20, ayat 1 tahun 2003) Perguruan
tinggi dapat berbentuk
akademi, politeknik, sekolah
tinggi, institut, atau universitas.
universitas adalah bentuk kelembagaan
perguruan tinggi yang terdiri atas fakultas-fakultas, dan masing-masing
fakultas mempunyai jurusan-jurusan atau program studi yang beragam (Triton
Prawira Budi, STRATEGI HIDUP DAN BELAJAR MAHASISWA INDEKOS, TUGUH PUBLISHER,
CETAKAN 1, 2006, halaman 13)
(UU Sistem Pendidikan Nasional BAB VI,
pasal 21, ayat 1 tahun 2003) Perguruan
tinggi yang memenuhi
persyaratan pendirian dan
dinyatakan berhak menyelenggarakan program pendidikan tertentu dapat
memberikan gelar akademik, profesi,
atau vokasi sesuai
dengan program pendidikan yang
diselenggarakannya.
2.2
Peranan Orang Tua
Keluraga merupakan lembaga
pendidikan tertu, bersifat informal, yang pertama dan utama dialami oleh anak
serta lembaga pendidikan yang bersifat kodrati orang tua bertanggung jawab
memmelihara, merawat, melindungi, dan mendidik anak agar tumbuh dan berkembang
dengan baik (dasar-dasar pendidikan, hasbullah, edisi revisi 5, tahun 2006:
34).
Orang
Tua adalah ayah dan ibu kandung yang mempunyai fungsi sebagai penanggung jawab
pertama dan utama bagi anak. Sebagai pendidik dan pembimbing dalam keluarga, orang
tua sangat berperan dalam meletakan dasar-dasar perilaku bagi anak-anaknya.
Sikap, perilaku, dan kebiasaan orang tua selalu dilihat, dinilai, dan ditiru
oleh anaknya yang kemudian semua itu secara sadar atau tak sadar ditanamkan dan
kemudian menjadi kebiasaan bagi anak-anaknya.
(dasar-dasar pendidikan,
hasbullah, edisi revisi 5, tahun 2006: 34) Pendidikan keluarga berfungsi :
1)
Sebagai pengalaman pertama masa kanak-kanak.
2)
Menjamin kehidupan emosi anak.
3)
Menanamkan dasar pendidikan moral.
4)
Memberikan dasar pendidikan sosial.
5)
Meletakkan dasar-dasar pendidikan agama bagi
anak-anak.
Keluarga yang ideal
(lengkap) maka ada dua individu yang memainkan peranan penting yaitu peran ayah
dan peran ibu,
a.
Peranan Ibu
Ibu adalah dua
sosok yang tidak pernah lepas dari kehidupan kita. Tanpa sosok Ibu kita tidak
akan pernah ada di dunia ini. Bahkan banyak orang orang hebat yang tidak akan
pernah bisa menjadi hebat tanpa didukung dengan sosok wanita hebat
dibelakangnya.
(http://carapedia.com/pengertian_definisi_wanita_info2141.html.19 Desember
2012 : Jam 14.30)
Yedi Kurniawan (1993:34) Ibu
yang jujur dan baik mempunyai begitu banyak pengaruh, sehingga dapat mendidik
anaknya dengan baik.
Ngalim Purwanto (1987:70)
peranan ibu dalam pendidikan anak-anaknya adalah sebagi : 1) Sumber dan pemberi
kasih sayang, 2) Mengasuh dan memelihara, 3) Tempat mencurahkan isi hati, 4)
Mengatur kehidupan dalam rumah tangga, 5) Membingbing hubungan pribadi, 6)
Pendidik dalam segi rasional.
Peranan ibu; di tinjau
dari keluarga keseluruhan, ibu berperan sebagai “ratu rumah tangga” yang
mengemudikan bahtera rumah tangga (DR.M.I. soelaeman, pendidikan dalam
keluarga, februari 1994, hal 127).
Peran ibu diantaranya adalah
menumbuhkan perasaan mencintai dan mengasihi pada anak melalui interaksi yang
jauh melibatkan sentuhan fisik dan kasih sayang serta menumbuhkan kemampuan
berbahasa pada anak melalui kegiatan-kegiatan bercerita dan mendongeng, serta
melalui kegiatan yang lebih dekat dengan anak, yakni berbicara dari hati ke
hati kepada anak. (http://bangka.tribunnews.com/2012/12/10/peran-ayah-dalam-tumbuh-kembang-anak.
19 Desember 2012 : Jam 14.30).
Peran ibu adalah sebagai “tiang rumah tangga” amatlah penting
bagi terselenggaranya rumah tangga yang sakinah yaitu keluarga yang sehat dan
bahagia, karena di atas yang mengatur, membuat rumah tangga menjadi surga bagi
anggota keluarga.
(http://belajarpsikologi.com/peranan-ibu-dalam-keluarga/.
19 Desember
2012 : Jam 14.30).
b.
Pranan Ayah
Seperti halnya seorang ibu, ayah
jugaberperan sangat penting untuk perkembangan anak.
John Gottman dan Joan Dectaire
(1999:190) pengaruh seorang ayah dimulai pada usia yang sangat dini.
John Gottman dan Joan Dectaire, Maslow
dalam M.I Soelaeman (1994:134) mengemukakan beberapa peranan ayah sebagai
pelindung keluarganya dalam memenuhi keebutuhannya, yaitu : 1) Peranan sebagai
pemenuh kebutuhan dasar bioligis, 2) Peranannya sebagi pemenuh kebutuhan dasar
akan rasa aman, 3) Peranannya sebagai pemenuh kebutuhan dasar akan cinta kasih,
4) Peranannya sebagai pemenuh kebutuhan dasar akan pengakuan keberadaan, 5)
Peranannya sebagai pemenuh kebutuhan dasar akan rasa memadai harga diri serta
kebutuhan untuk mewujudkan atau realisasi diri.
Peranan ayah; dalam
kehiidupan sehari-hari dalam keluarga, ayah berperan sebagai kepala keluarga,
ia memimpin kehidupan keluarga pada umumnya dan bertanggung jawab terhadap
keseluruhan kehidupan keluarga (DR.M.I. soelaeman, pendidikan dalam keluarga,
februari 1994, hal 132).
Sedangkan
peran ayah, lebih kepada menumbuhkan rasa percaya diri dan kompetensi pada anak
melalui kegiatan bermain yang lebih 'aktif' dan 'full of energy' atau yang
lebih melibatkan fisik baik di dalam maupun di luar ruangan (http://bangka.tribunnews.com/2012/12/10/peran-ayah-dalam-tumbuh-kembang-anak.
19 Desember 2012 : Jam 14.30)
c.
Pola Asuh Orang Tua
Diana
Baumrind (dikutip dari Bunda Lucy, 2009), ada empat jenis pola pengasuhan,
yaitu otoriter, authoritative,
neglectful dan indulgent yaitu:
a)
Pola asuh otoriter
Orang tua
yang menerapkan pola asuh otoriter mempunyai ciri
sebagai
berikut:
·
Kaku
·
Tegas
·
Adanya penerapan hukuman
·
Kurang kasih sayang serta simpatik
·
Orang tua memaksa anak-anak untuk patuh pada
nilai-nilai mereka serta mencoba
membentuk lingkah laku sesuai dengan tingkah lakunya serta cenderung mengekang
keinginan anak
·
Orang tua tidak mendorong serta memberi kesempatan
·
kepada anak untuk mandiri dan jarang memberi pujian
·
Hak anak dibatasi tetapi dituntut tanggung jawab
seperti anak dewasa
b)
Pola asuh authoritative (Memberikan pilihan)
Diana
Baumrind menyatakan ciri-cirinya adalah:
·
Secara bertahap orang tua memberikan tanggung jawab
bagi anak-anaknya terhadap segala sesuatu yang diperbuatnya sampai mereka
menjadi dewasa.
·
Mereka selalu berdialog dengan anak-anaknya, saling
memberi dan menerima, selalu mendengarkan keluhan-keluhan dan pendapat
anak-anaknya.
·
Dalam bertindak, mereka selalu memberikan alasannya
kepada anak, mendorong anak saling membantu dan bertindak secara objektif,
tegas tetapi hangat dan penuh pengertian.
·
Mendorong anak untuk mandiri, tapi orang tua tetap
menetapkan batas dan kontrol.
c)
Pola Asuh Permisif atau Neglectful
·
Orang tua cenderung selalu memberikan kebebasan pada
anak tanpa memberikan kontrol sama sekali.
·
Bimbingan terhadap anak kurang dan sedikit sekali
dituntut untuk suatu tangung jawab, tetapi mempunyai hak yang sama seperti
orang dewasa.
·
Anak diberi kebebasan untuk mengatur dirinya sendiri
dan orangtua tidak banyak mengatur anaknya
d)
Pola Asuh Indulgent
Pola indulgent sebenarnya menjadi istilah bagi pola asuh orang tua yang
selalu terlibat dalam semua aspek kehidupan anak, mereka cenderung membiarkan
anaknya melakukan sesuai dengan keinginan mereka.
d.
Hak dan Kewajiban Orang Tua
(UU No 20 Sistem Pendidika Nasional BAB
4, Pasal 7 ayat 1 tahun 2003) Orang tua
berhak berperan serta dalam memilih satuan pendidikan dan memperoleh informasi
tentang perkembangan pendidikan anaknya.
Tugas utama keluarga
bagi pendidikan anak ialah sebagai peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan
pandangan hidup keagamaan.
(dasar-dasar pendidikan, hasbullah,
edisi revisi 5, tahun 2006: 44 - 46) Dasar-dasar
tanggung jawab orangtua terhadap pendidikan anak meliputi hal-hal berikut :
1)
Adanya motipasi atau dorongan cita kasih yang
mmenjiwai hubungan orang tua dan anak.
2)
Pemberian kewajiban moral sebagai konsekuensi
kedudukan orang tua terhadap keturunannya.
3)
Tanggung jawab sosial adalah bagian dari keluarga yang
pada gilirannya akan menjadi tanggung jawab masyarakat, banngsa, dan negara.
4)
Memelihara dan membesarkan anaknya.
5)
Memberikan pendidikan dengan berbagi ilmu pengetahuan
dan keterampilan yang berguna bagi kehidupan anak kelak, sehingga bila ia telah
dewasa akan mampu mandiri.
(UU No 20 Sistem Pendidika Nasional BAB
4, Pasal 7 ayat 2 tahun 2003)Orang tua dari
anak usia wajib
belajar , berkewajiban memberikan pendidikan dasar kepada anaknya.
2.4
Konsep
Diri Anak
Konsep diri didefenisikan secara
umum sebagai keyakinan, pandangan atau penilaian seseorang, perasaan dan
pemikiran individu terhadap dirinya yang meliputi kemampuan, karakter, maupun sikap yang
dimiliki individu (http:/www.e-psikologi.com/2010/01/15).
Menurut Froebel (Roopnaire, J.L
& Johnson, J.E., 1993 : 56) masa anak merupakan suatu fase yang sangat
penting, berharga, merupakan masa pembentukan
6 dalam periode kehidupan manusia (a noble and maleable phase of human
life).
(Stuart dan Sudden) Konsep diri
adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan
mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain. Konsep diri
merupakan penentu sikap individu dalam bertingkah laku, artinya apabila individu
cenderung berpikir akan berhasil, maka hal ini merupakan kekuatan atau dorongan
yang akan membuat individu menuju kesuksesan.
Konsep diri adalah suatu keyakinan
yang dimiliki individu tentang atribut atau ciri-ciri yang dimilikinya (Brehm,
Hudaniah, 2003:65).
(Burns 1993) Konsep diri adalah
suatu gambaran campuran dari apa yang kita pikirkan, orang-orang lain
berpendapat mengenai diri kita dan seperti apa diri kita yang kita inginkan.
Sebaliknya jika individu berpikir
akan gagal, maka hal ini sama saja mempersiapkan kegagalan bagi dirinya.
Sedangkan siswa/siswi merupakan anak atau pelajar yang melakukan aktifitas
belajar. Jadi konsep diri siswa/siswi
adalah gambaran yang dimiliki siswa/siswi tentang dirinya, yang dibentuk
melalui interaksi dengan lingkungan.
Dalam dunia pendidikan, konsep diri
cenderung digunakan untuk
mengetahui
bagaimana hubungan konsep diri siswa/siswi dengan prestasi akademisnya;
hubungan yang ada diantara konsep diri
guru dan gaya mengajarnya diruangan
kelas; dapatkah modifikasi-modifikasi konsep diri siswa/siswi dan guru
melalui kelompok kerja intesif dan lainnya dibuat, apakah hal tersebut mempunyai efek pada penampilan
anak sekolah dan guru diruangan kelas; apakah efek-efek dari bentuk-bentuk
organisasi sekolah yang berbeda-beda pada konsep diri siswa/siswi (Burns,
1993:355).
2.4
Sikap
Sosial Anak
(Herbert Spencer tahun 1862) yang
diartikan sebagai status mental seseorang.
(Azwar, 1995) respon terhadap
stimuli sosialyang telah terkondisikan.
Froebel (Solehuddin, 1997 : 27 )
salah seorang tokoh pendidikan anak usia dini Eropa (Jerman) memandang bahwa
anak pada dasarnya berpembawaan baik (innate goodness) dan berpotensi kreatif
(creative potential).
(Green, 1980) sikap menggambarkan
kumpulan kepercayaanyang selalu memasukan aspek penilaian, artinya sikap selalu
dapat ditafsirkan sebagai baik dan buruk atau positif dan negatif.
Faktor
–faktor yang mempengaruhi sikap sosial anak :
a.
Faktor Lingkungan Keluarga
Keluarga merupakan tumpuan dari setiap
anak, keluarga merupakan lingkungan yang pertama dari anak
dari keluarga pulalah anak menerima pendidikan karenanya keluarga mempunyai
peranan yang sangat penting didalam perkembangan anak. Keluarga yang baik akan
memberikan pengaruh yang baik terhadap perkembangan anak, demikian pula
sebaliknya. Dalam buku Psikologi Pendidikan dijelaskan bahwa: “Anak yang tidak
mendapatkan kasih sayang, perhatian, keluarga yang tidak harmonis, yang tidak memanjakan anak-anaknya dapat
mem-pengaruhi sikap sosial bagi anak-anaknya” (Purwanto, 1999 : 89).
b.
Faktor Lingkungan Sekolah
Dalam bukunya Psikologi Sosial
dijelaskan bahwa: “Keadaan sekolah seperti cara penyajian
materi yang kurang tepat serta antara guru dengan murid mempunyai hubungan yang
kurang baik akan menimbulkan gejala kejiwaan yang kurang baik bagi siswa yang
akhirnya mempengaruhi sikap sosial seorang siswa” (Ahmadi, 1996 : 65).
Selanjutnaya dalam buku Interaksi Sosial dijelaskan bahwa: “Ada beberapa faktor
lain disekolah yang dapat mempengaruhi sikap sosial siswa yaitu tidak adanya
disiplin atau peraturan sekolah yang mengikat siswa untuk tidak berbuat hal-hal
yang negatif ataupun tindakan yang menyimpang” (Nawawi, 2000 : 66).
c.
Faktor Lingkungan Masyarakat
“Lingkungan masyarakat yang bisa
mempengaruhi timbulnya berbagai sikap sosial pada anak seperti cara bergaul
yang kurang baik, cara menarik kawan-kawannya dan sebaginya” (Sarwono, buku
Psikologi Sosial, 1997 : 59).
“Pergaulan sehari-hari yang kurang baik
bisa mendatangkan sikap sosial yang kurang baik, begitu sebaliknya dimana suatu
lingkungan masyarakat yang baik akan mendatangkan sikap sosial yang baik pula
terhadap anak” (Nawawi, buku Interaksi Sosial, 2000 : 45).
B. KERANGKA BERFIKIR
Anak merupakan anugerah yang tak
ternilai dari Sang Pencipta di dalam sebuah keluarga. Tanpa kehadiran seorang
anak, maka keluarga tidak akan lengkap. Begitu pentingnya arti seorang anak di
dalam sebuah kelurga sehingga tanggung jawab dalam mendidiknya untuk menjadi
manusia yang berkualitas nantinya pada saat mereka dewasa menjadi suatu hal
yang sangat penting pula. Pendidikan yang diberikan dapat melalui pendidikan
informal maupun formal. Pendidikan informal dapat mereka peroleh dari orang
tua, lingkungan tempat mereka tinggal, dan juga melalui interaksi dengan teman
atau orang-orang disekeliling mereka setiap harinya sedangkan pendidikan formal
mereka dapatkan melalui sekolah.
Konsep diri sendiri merupakan suatu bagian yang penting dalam setiap
pembicaraan tentang kepribadian manusia. Hurlock memberikan pengertian tentang
konsep diri sebagai gambaran yang dimiliki orang tentang dirinya. Konsep diri ini merupakan gabungan
dari keyakinan yang dimiliki individu tentang mereka sendiri yang meliputi
karakteristik fisik, psikologis, sosial, emosional, aspirasi dan prestasi.
Konsep diri merupakan sifat yang unik pada manusia, sehingga dapat digunakan
untuk membedakan manusia dari makhluk hidup lainnya. Brehm (dalam Hudaniah,
2003:65) mendefinisikan konsep diri adalah suatu keyakinan yang dimiliki
individu tentang atribut atau ciri-ciri yang dimilikinya.
Menurut Burns konsep diri adalah
suatu gambaran campuran dari apa yang kita pikirkan, orang-orang lain
berpendapat mengenai diri kita dan seperti apa diri kita yang kita inginkan.
Dengan demikian konsep diri adalah cara pandang secara menyeluruh tentang diri seseorang, yang meliputi kemampuan yang
dimiliki, perasaan yang dialami, kondisi
fisik diri maupun lingkungan terdekatnya.
Konsep diri seseorang dinyatakan
melalui sikap dirinya yang merupakan aktualisasi orang tersebut. Manusia
sebagai organisme yang memiliki dorongan untuk berkembang yang pada akhirnya
menyebabkan ia sadar akan keberadaan dirinya.
Perkembangan yang berlangsung
tersebut kemudian membantu pembentukan konsep diri individu yang bersangkutan.
Dalam pembentukan konsep diri seorang
anak dibutuhkan kerjasama antara guru, orang tua dan murid itu sendiri.
Dengan adanya proses komunikasi yang
berkesinambungan serta perhatian orang tua dan guru dalam perkembangan anak,
maka akan memudahkan untuk mengarahkan siswa ke arah konsep diri yang positif.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.
Tempat
dan Waktu Penelitian
Tempat
penelitian dilakukan di Kelurahan Kampung Tengah, Kecamatan Kramatjati, Jakarta
Timur. Berdasrkan survey, warga
Kelurahan Kampung Tengah masih banyhak yang tertinggal akan pendidikan terutama
anak-anak
Adapun waktu penelitian ini akan
dilakukan pada bulan juli - agustus tahun 2013.
B.
Jenis
Penelitian
Jenis penelitian yang akan digunakan peneliti adalah
penelitian Deskriptif, dimana peneliti harus mengunakan diri mereka sebagai
instrument, mengikuti data. Dalam berupaya mencapai wawasan imajinatif kedalam
dunia Respoden, peneliti diharapkan fleksibel dan reflektif tetapi tetap
mengambil jarak. Pada
hakekatnya penelitian deskrptif ini digunakan karna beberapa pertimbangan
antara lain: pertama, menyesuaikan metode deskriftif lebih muda apabila
berhadapan dengan kenyataan ganda; kedua, metode ini menyajikan secara
langsuang hakekat hubungan antara peneliti dan responden; ketiga, metode ini
lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman, pengaruh
bersama dari terhadap pola-pola yang dihadapi.
Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah pendekatan Studi Kasus (case study) yaitu suatu penelitian yang
dilakukan secara intensif, terinci dan mendalam terhadap suatu organisasi,
lembaga atau gejala tertentu.
C.
Populasi
dan Sampel
1.
Populasi
Polpulasi adalah keseluruhan subjek
penelitian. Pabila seseorang akan angin meneliti semua elemen yang ada dalamm
wilayah penelitian,, maka penelitiaannya merupakan penelitian polpulasi. Studi
atau penelitiaannya juga disebut studi sensus. (Suharsimi Arikunto, 2010: 173).
Adapun populasi sasaran dalam
penelitian ini adalah warga kelurahan kampung tengah. Populasi yang terjangkau
adalah orang tua dan anak remaja yang berjumlah 20 orang.
2.
Sampel
Sampel adalah baigian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Jika populasi besar dan
peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya
karena keterbatasan dana, tenaga, waktu.
Maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang
dipelajari dari sampel itu, kesimppulannya dapat diberlakukan unntuk populasi.
Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul rephensif
(mewakili). (Sugiono, 2009: 118).
Pengam bilan sampel ini berdasarkan
yang dikemukakan oleh Suharismi Arikunto, yaitu apabila subyeknya kurang dari
100, lebih baik diambil semua sehingga penelitianya merupakan penelitian
populasi. Selanjutnya jika subjeknya
besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih. (Suharismi Arikanto,
2002:112)
3.
Teknik
Pengumpulan Data
Teknik
pengumpulan data yang digunkan dalam penelitian ini adalah dengan menggunaka Koesioner.
Koesioner adalah teknik pengumpulan
data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau
pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.
Adapun penelitian yang digunakan
untuk mengukur variable kenakalan ramaja (siswa) mengenai juvenile delinquency
(variable X ) adalah kuensioner skala SSHA (survery of studi habts and
attitudes) dari brown dan holtzman yang sudah diadakan penyesuaian dengan
lingkungan budaya indonesia dengan sekala sebagai berikut : ( 5 = selalu, 4 =
sering, 3 = kadang-kadang, 2 = jarang dan 1 = tidak pernah). Sedangkan untuk
mengukur varible karakter siswa (varible Y) mengakomodasi ”civics assesement
kompetensi”.
Setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain
terkumpul, kegiatan selanjutnya adalah menganalisis data (Sugiono, 207: 2008).
Yaitu suatu proses menyusun data agar dapat ditafsirkan (Nasution, 1996: 126)
Dalam penelitian ini, teknik analisis data yang penulis gunakan adalah Teknik
analisis data kuantitatif dengan menggunakan teknik presentasi, dimana teknik
presentasi dugunakan untuk mempresentasikan seberapa besar perbandingan subjek latarbelakang
anak nakal dan anak biasa. Maka penghitungan yang di gunakan adalah sebagai
berikut:
Untuk mengetahui persentase:
NA x 100% = jumlah
subjek yang memiliki persentase A lebih tinggi dari N pada B NB x 100% = jumlah
subjek yang memiliki persentase B lebih tinggi dari N pada A
Rumus Persen (untuk
satu orang/subjek)
∑▒〖Xa x 100%〗NI∑▒〖Xb x 100%〗NI
DAFTAR
PUSTAKA
Suryabrata,
Sumadi, 1989, Psikologi Pendidikan, Edisi
IV, Jakarta : Penerbit Rajawali.
Gunarsa,
2003, Psikologi Perkembangan Anak dan
Remaja, Jakarta : PT BPK Gunung
Mulya.
Nawawi, Hadori, 2000, Intereksi Sosial, Jakarta
: Gunung Agung.
Soetjipto dan Sjaefieoden, 1994, Metodologi Ilmu
Sosial. Jakarta.
Sarwono, Sarlito, Wirawan, 1997, Psikologi Sosial, Yogyakarta : Andi.
Tim Dosen FIP-IKIP Malang, 1988, Pengantar Dasar-dasar Kependidikan, Surabaya : Usaha Nasional.
Solehuddin, M, 1997, Konsep Dasar Pendidikan Prasekolah, Bandung
: FIP UPI.
Hasbullah, 2006, Dasar - Dasar Ilmu Pendidikan Edisi Revisi
5, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Triton, Prawira, Budi, 2006, Strategi Hidup Dan Belajar Mahasiswa Indekos,
Tuguh Publisher, Cetakan 1.
UNDANG-UNDANG
REPUBLIK INDONESIA, NOMOR 20 TAHUN 2003, TENTANG, SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL.
DAFTAR PUSTAKA WEBSITE
http//wikipedia.com/pendidikanindonesia.html
http:/www.e-psikologi.com
LEMBAR QUSIONER
PETUNJUK PENGISIAN
·
Mohon
kepada yang terhormat untuk menjawab seluruh pertanyaan yang ada !!!
·
Silahkan
mencentrang/menceklis jawaban pada kolom yang telah disediakan !!!
Nama :
Pendidikan Terakhir :
Kategori : Remaja
PERTANYAAN
|
YA
|
TIDAK
|
1.
Apakah anda pernah berurusan dengan pihak berwenag (polisi) ?
|
|
|
2.
Apakah teman yang menyebabkan anda melakukan rokok, minuman keras,
obat-obatan terlarang ?
|
|
|
3.
Apakah ada hubungan status ekonomi sehingga melakukan hal ini ?
|
|
|
4.
Apakah ada kaitannya dengan lingkungan keluarga sehingga melakukan ini ?
|
|
|
5.
Apakah anda senang dengan keadaan anda yang seperti ini ?
|
|
|
6.
Apakah anda ingin berubah ?
|
|
|
7.
Apakah respon orang tua anda baik, mengetahui hal ini ?
|
|
|
8.
Apakan anada masih sekolah ?
|
|
|
9.
Bagai mana respon teman-teman di sekolah baik ?
|
|
|
10.
Apakah anda perah mendapat peringatan dari sekolah ?
|
|
|
LEMBAR QUSIONER
PETUNJUK PENGISIAN
·
Mohon
kepada yang terhormat untuk menjawab seluruh pertanyaan yang ada !!!
·
Silahkan
mencentrang/menceklis jawaban pada kolom yang telah disediakan !!!
Nama :
Pendidikan Terakhir :
Kategori : Orang Tua
PERTANYAAN
|
YA
|
TIDAK
|
1.
Apakah anda tahu tentang keseharian anak anda ?
|
|
|
2.
Apakah anak anda termasuk anak yang rajin ?
|
|
|
3.
Apakah anda menyekolahkan anak anda ?
|
|
|
4.
Apakah anda selalu memanjakan anak anda dengan berbagai fasilitas ?
|
|
|
5.
Apakah anda pernah mendapatkan surat panggilan dari sekolah anak anda ?
|
|
|
6.
Apakah anak anda terbuka terhadap anda ?
|
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar